![]() |
| Ist |
Infokitasulsel.com, Makassar – Kontroversi seputar komika Pandji Pragiwaksono terus memanas setelah materi stand-up comedy-nya yang menyinggung upacara adat Toraja, Rambu Solo', viral dan menuai kecaman luas. Hingga malam ini, Pandji Pragiwaksono belum mengeluarkan pernyataan atau permintaan maaf resmi kepada publik dan masyarakat adat Toraja.
Desakan agar Pandji segera bertanggung jawab datang dari berbagai pihak, salah satunya dari mantan anggota DPRD Tana Toraja 3 Periode, Dr. Kristian H.P Lambe, yang juga seorang akademisi.
Kristian menyoroti statement bahwa “orang Toraja jatuh miskin karena Upacara kematian (rambu solo’)”.
Hal ini menurutnya bisa menjadi kritik sosial yg berlebihan atau hiperbola mengenai biaya upacara yg besar.
"Apakah Panji punya data empiris terkait orang Toraja yg jatuh miskin karena acara kematian?," ungkap Kristian.
"Faktanya, orang Toraja punya perencanaan yang matang dan realistis dalam pelaksanaan kegiatan rambu solo’, seperti pembentukan panitia oleh keluarga untuk membicarakan waktu pelaksanaan, berapa biaya yang dibutuhkan, siapa2 saja yg terlibat dalam kegiatan terebut, dll," jelas Kristian Lambe'.
Selain itu menurut Kristian, Menjadi Reaksi penghinaan dan pelecehan budaya bagi masyarakat toraja karena:
1. Merendahkan nilai adat. Bahwa rambu solo’ adalah ritual sakral dan diberkati sebagai bentuk penghormatan tertinggi kepada leluhur, bukan sekedar pemborosan.
2. Tidak benar dan tidak berdasar bahwa orang toraja membiarkan jenazah di ruang tamu. Faktanya org toraja meletakkan jenazah di kamar tidur layaknya orang tidur.
"Candaan/lelucon yg disampaikan untuk tujuan hiburan di ruang Publik, menurut saya tidak tepat karena dianggap kurang pemahaman yg mendalam ttg nilai-nilai adat budaya dan faktanya di lapangan.
Kebebasan berekspresi dalam komedi yg kebablasan. Pernyataan Panji ini Berujung penghinaan karena dianggap merendahkan harkat dan martabat org toraja, serta mendistorsi nilai-nilai adat dan budaya toraja.
Peristiwa ini juga dapat memicu isu SARA (suku, agama, ras dan antar golongan).
Oleh karena itu, saya minta saudara Panji untuk bertanggung jawab dan meminta maaf secara resmi kepada masyarakat toraja di seluruh dunia," tegas Kristian Lambe'.



