Iklan

Iklan

,

Iklan

A D V E R T I S E M E N T

Kisah Pilu Ibu Menyusui yang Terpapar Virus Corona

Ricdwan Abbas
23 Agu 2021, 21:04 WITA Last Updated 2021-08-23T13:07:51Z
A D V E R T I S E M E N T

Ilustrasi (halodoc) 
Infokitasulsel.com, Jakarta - Seorang ibu rumah tangga, sebut saja Nova, 34 tahun, frustasi ketika hasil tes PCR-nya positif Covid-19. Ia panik, disaat bersamaan, ia harus menyusui balitanya yang berumur 16 bulan dan ia sementara mengandung. Ia mulai mencari informasi medis, dirinya juga berkonsultasi dengan ahli kesehatan, dokter kandungan via telepon. 


Dilansir dari sorotdaerah, Nova yang belum puas dari hasil konstasi, ia pun mencari pendapat lain (second opinion) melalui aplikasi konsultasi jarak jauh dengan dokter spesialis anak dan dokter kandungan.


Semua dokter yang ia hubungi menganjurkan untuk tetap menyusui anaknya secara langsung (skin to skin). Namun dokter mewanti-wanti untuk menerapkan protokol kesehatan agar balitanya tidak terpapar covid-19. 


“Memberikan ASI sangat dianjurkan dokter, Ito,” ungkapnya, saat dikonfirmasi via sambungan WhatsApp, Kamis 19 Agustus 2021.


Terpapar virus corona kemudian memaksa Nova berpisah dengan anaknya. Sementara di lantai 1, ada dapur dan ruang keluarga yang menjadi tempat suaminya yang bekerja dari rumah, sehingga tidak terganggu aktivitasnya.


Di hari pertama Isoman, Nova nyaris kehilangan momen menjalin ikatan batin (bonding) yang biasanya terjadi saat menyusui. Di lantai 2 kediamannya di Jagakarsa, Jakarta Selatan, Nova tetap berusaha memberi bayinya ASI peras, meski tubuhnya mengalami gejala ringan Covid-19. Nasibnya mujur karena produksi ASI-nya tetap lancar.


Di hari kedua, Nova tidak lagi terpisah dengan bayinya. Begitu hasil PCR keluar, rupanya anaknya juga positif Covid-19, namun sama sekali tanpa gejala. Lantaran sama-sama positif, Nova bisa isoman berdua dengan bayinya. Isoman bareng itu pun setelah konsultasi dan sesuai anjuran dokter.


Dokter menyarankan Nova agar menyusui bayinya dengan tetap menerapkan protokol kesehatan, berupa terus memakai masker dan rajin mencuci tangan. Selama menjalani isoman, Nova fokus menjaga kesehatannya dan janin dalam kandungannya, yaitu dengan mengonsumsi vitamin D3 5000 IU dan Folamil.


Ia menghindari mengonsumsi obat-obatan yang berat dikarenakan kondisi sedang hamil dan juga penyakit Covid-19 yang dia alami termasuk gejala ringan. 


Kepada anaknya yang terpapar, ia berikan juga asupan vitamin D, zat besi dan propolis. Mereka mengikuti prosedur tetap melaporkan status mereka yang terpapar virus kepada RT dan gugus tugas Covid-19 yang ada di puskesmas kecamatan setempat, serta konsultasi kepada dokter mengenai penanganannya dengan menggunakan telepon seluler.


Bersama suami, Nova dibantu soal kebersihan dan keamanan rumah dan kamar dengan rutin menyemprot rumah menggunakan zat disinfektan. Pihak lingkungan juga menyemprot disinfektan di seluruh kompleks perumahan di sana.


Namun, vitamin tidaklah cukup bagi bayinya yang masih berusia 16 bulan. Sesuai anjuran dokter, ASI sangat baik untuk meningkatkan daya tahan imun bagi anak. Mereka tetap mengantisipasi pengecekan suhu tubuh dengan menyediakan thermometer dan saturasi oksigen menggunakan oxymeter secara berkala. Untuk menjaga agar anak tidak stres karena harus berdiam di rumah, mereka membangun komunikasi yang baik, pengertian lebih dan menjelaskan bahwa Nova sedang sakit. Sehingga si anak lebih memaklumi kondisi mereka saat itu.


Selain itu, Nova tetap berpikir positif dan menjaga kondisi mental yang tenang, karena itu merupakan cara mujarab menangani penyakit Covid-19. Karena jika si ibu dalam kondisi stres dan kurang asupan gizi, hal itu akan mempengaruhi produktivitas ASI dan berdampak juga pada kesehatan janin.


Selama isoman, Nova juga mendapatkan dukungan dari keluarga dekat, gereja, teman-teman kantor, sahabat dan warga sekitar perumahan selama menjalani masa isoman. Keluarga membantu dalam menyediakan dan mengantarkan makanan sehat agar asupan gizi sekeluarga lengkap terpenuhi. Sehingga kesehatan Nova dan anaknya cepat pulih. Sedangkan kiriman buah-buahan, susu dan vitamin dari para kerabat, tetangga, masyarakat dan kolega membanjiri rumah mereka.


Nova dan keluarga menjauhkan diri dari berita-berita soal pandemi. Karena banyak sekali kabar duka berseliweran di lini masa medsos serta informasi hoaks yang bisa mempengaruhi kesehatan psikologis selama menjalani isoman. Ia mengoptimalkan masa isomannya dengan melakukan aktivitas positif, seperti bermain dengan anaknya (dengan tetap mengenakan masker dan rajin cuci tangan), menonton film untuk menghibur diri, berjemur di pagi hari dan mengonsumsi sayur dan buah yang cukup.


Tidak hanya mendapatkan dukungan dari keluarga dan masyarakat, ia mendapatkan dukungan juga dari rekan kerja di kantor dengan tidak memberikan beban pekerjaan selama menjalani masa isoman. 


“Sedikit saja kepikiran tentang kerjaan, langsung ada perbedaan pada tubuh, kepala langsung sakit,” ungkapnya.


Baginya isoman itu penting untuk menenangkan diri. Apalagi ibu hamil dan menyusui seperti dirinya. Setelah menjalani isoman 14 hari, akhirnya Nova dan anaknya sembuh. Dan meski hasil PCR anaknya masih positif,  namun perilaku anaknya tidak ada yang ganjil dan aktivitasnya tetap aktif. Sehingga oleh dokter, hasil PCR positif itu diduga karena masih ada sisa-sisa (bangkai) virus yang butuh waktu untuk benar-benar bersih dan sudah tidak menularkan lagi.


Setelah menjalami masa Isoman, tidak lupa, Nova juga menginformasikan kepada semua keluarga, gereja, kantor, warga sekitar perumahan, sahabat dan juga pengurus RT dan Gugus Tugas Covid untuk mendapatkan surat keterangan sudah selesai menjalani masa isoman. Rumah dan seisinya juga tidak lupa disemprot cairan disinfektan secara mandiri, untuk memastikan bahwa sudah tidak ada virus corona tersisa yang berdiam di dalam maupun  di luar rumah.


Pakar Kebidanan dan Kandungan, Dr. Juniansen Purba SP.OG mengatakan, ibu yang positif Covid-19 tetap bisa menyusui anaknya, namun diwajibkan memakai masker dua lapis untuk mencegah terjadinya penularan virus corona dari si ibu kepada si anaknya. 


“Usahakan jangan berbicara sewaktu menyusui, dan posisi wajah ibu sebisa mungkin dijauhkan dari wajah bayi,” anjurnya.


Ia juga merekomendasikan para ibu menyusui yang sedang berjuang menyusui di masa pandemi untuk memakai masker dua lapis (double), yakni masker jenis KN 95 di bagian luar dan masker Bill duct dari Sensi sebelah dalam.


Pemilik Klinik Kasih Ibu itu menandaskan, para ibu menyusui tidak perlu kuatir saat menyusui karena virus corona tidak menular lewat air susu ibu. 


“ASI tak ada penularan. Hanya lewat udara (berupa aerosol/droplet),” ungkapnya.


Pakar Epidemiologi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara (USU), dr Putri C Eyanoer MS Epi PhD juga menegaskan bahwa virus corona tidak menular lewat ASI. Covid-19 hanya menular lewat droplet atau percikan air ludah. Karena itu, ia menganjurkan agar para ibu tetap menyusui bayinya dengan tetap menerapkan protokol kesehatan.


“Sampai saat ini, belum ada penelitian atau laporan kasus yang menyatakan bahwa infeksi virus corona dapat menular lewat ASI. Karena itu, ibu menyusui yang terkena infeksi virus corona masih boleh memberikan ASI atau menyusui bayinya,” terangnya.


Meski demikian, sambung Putri, risiko bayi tertular infeksi virus corona dari ibunya tetap ada. Penularan bisa terjadi ketika ibu menyusui yang terjangkit virus corona menyentuh bayinya dengan tangan yang belum dicuci, juga ketika ibu menyusui batuk atau bersin di dekat bayinya.


Pakar Epidemiologi ini mengatakan, untuk mencegah penularan virus corona pada bayi, ibu menyusui disarankan untuk menerapkan empat kiat aman menyusui, yaitu: pertama, mengenakan masker saat berada di dekat bayi dan anak-anak, termasuk ketika sedang memberikan ASI.


Kedua, mencuci tangan dan membersihkan puting dan kulit di sekitarnya sebelum dan sesudah menyusui bayi, juga sebelum memerah ASI.


Ketiga, memerah ASI, baik dengan pompa ASI maupun secara manual (hanya dengan tangan tanpa menggunakan alat), lalu memberikan ASI perah kepada bayi dengan botol susu yang bersih.


Kemudian, memberikan susu formula kepada bayi sebagai pengganti ASI, jika ibu tidak dapat menyusui.


“Saat memberikan ASI, perlu dilihat kondisi kesehatan si ibu. Kalau tanpa gejala atau gejala ringan, bisa menyusui langsung, dengan wajib menerapkan prokes. Tetapi kalau, gejala berat, tidak disarankan. Hindari kontak antara ibu dengan bayinya,” pungkasnya.

Iklan

               
         
close