Iklan

Iklan

,

Iklan

A D V E R T I S E M E N T

Kristian Lambe: Surat Edaran Bupati Tana Toraja Bertolak Belakang Instruksi Mendagri

Redaksi
11 Agu 2021, 09:34 WITA Last Updated 2021-08-11T01:48:12Z
A D V E R T I S E M E N T
Ilustrasi (Radar Tulungagung)
Infokitasulsel.com, Tana Toraja - Surat Edaran Bupati Tana Toraja Theofilus Allorerung tentang PPKM Level 3, menjadi sorotan di kalangan masyarakat.

Pasalnya, Bupati Theofilus dinilai mengeluarkan kebijakan yang bertolak belakang dengan Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2021 tentang penanganan Covid-19 pada PPKM Level 3,2,1, khususnya pada Tana Toraja Level 3.

Dr. Kristian H.P. Lambe, Ketua Bapemperda DPRD Tana Toraja angkat bicara. Kepada Infokitasulsel.com, Kris mengatakan surat edaran Bupati Tana Toraja tidak sejalan dengan Instruksi Menteri Dalam Negeri.

Menurut Kris, seharusnya Daerah mengikuti instruksi Mendagri no 32 tahun 2021 tentang PPKM level 3,2,1 Luar Jawa.

Ia menyebutkan bahwa Masyarakat sudah cukup taat dengan PPKM level 4 sehingga mereka berharap bisa turun level, dengan harapan aktivitas ekonomi dan sosial budaya dapat berlangsung normal.

"Berikan kepada masyarakat kelonggaran pembatasan kegiatan sesuai instruksi Mendagri agar masyarakat tidak jenuh dan terganggu secara psikologi sosial. Masyarakat pun bisa  merasakan perbedaan kebijakan pemerintah antara Level 4 dan Level 3,

Apalagi Tana Toraja banyak dapat bantuan 71.000 vial vaksin. Artinya sudah ada solusi untuk mencapai Herd Immunity 70% masyarakat yang divaksin," tutur Kristian Lambe, melalui saluran WhatsApp Selasa 10 Agustus 2021.

"Ini sudah sangat jelas diatur oleh Inmendagri," tegas Kristian.

"Konsekuensi dari PPKM adalah seberapa besar anggaran yang harus digelontorkan untuk masyarakat terdampak Covid-19, sementara APBD Tana Toraja 2020 meninggalkan utang 67 M. Berdampak pada belanja di tahun 2021. Pemda harus kerja keras mencari sumber-sumber pendapatan lainnya yg sah serta melakukan efisiensi anggaran pada masing-masing OPD." Tuturnya lagi.

Kris juga menyinggung soal pembelajaran daring tanpa interaksi, menurut Kris hal tersebut dapat berakibat buruk bagi perkembangan anak sekolah.

"Terutama anak-anak sekolah yg sudah terlalu lama pembelajaran daring tanpa ada interaksi sama sekali, hal ini berakibat buruk bagi Perkembangan optimal anak dianggap penting untuk masyarakat dan sehingga sangat penting untuk memahami perkembangan sosial, kognitif, afektif, emosional, motorik, sensorik, emosional, dan pendidikan anak-anak.

Khususnya di wilayah 3T (terluar, tertinggal dan terjauh) di Toraja bagian Barat dimana tidak terjangkau jaringan internet jadi otomatis tidak bisa dilakukan pembelajaran online begitupun masyarakat di daerah terpencil tak dapat melaksanakan ibadah online.

Apa solusi dari pemda Tana Toraja ketika diperhadapkan dengan fenomena ini?," tanya Kris.

Kris menambahkan, Tana Toraja adalah masyarakat religius dimana orang ke gereja untuk melakukan ritual kerohanian. Tempat mencari kenyamanan spritual dan ketenangan batin untuk menolak bala atau wabah penyakit yang melanda bumi.

"Jangan membuat masyarakat panik dan parno (paranoid) karena justru membuat turun imun," tutupnya dengan tegas.

Iklan

               
         
close