Iklan

Iklan

,

Iklan

A D V E R T I S E M E N T

YESMa dan Forum Media Toraja Gelar Diskusi, Soroti Inklusivitas dan Pemberitaan Ramah Disabilitas

Redaksi
4 Agu 2025, 11:04 WITA Last Updated 2025-08-04T05:03:49Z
A D V E R T I S E M E N T
Ist
Infokitasulsel.com, Tana Toraja - Yayasan Eran Sangbure Mayang (YESMa) bersama Forum Media Toraja menggelar diskusi dengan topik 'Mengubah Lewat Berita', Tana Toraja yang Inklusif dan Ramah Disabilitas, Senin 4 Agustus 2025.

Kegiatan yang dilaksanakan di Cafe Ayam Penyet Ria, depan kolam makale tersebut bertujuan untuk meningkatkan kesadaran media dalam memberitakan isu disabilitas, kekerasan terhadap perempuan, dan anak secara lebih sensitif dan beretika.

Diskusi ini menghadirkan narasumber dari berbagai latar belakang, termasuk aktivis disabilitas, jurnalis senior dan perwakilan pemerintah desa.

Mereka berbagi pandangan dan pengalaman tentang pentingnya peran media dalam membentuk opini publik dan mendorong perubahan kebijakan yang lebih pro-inklusif.

Menurut Program Officer YESMa, Lenynda Tondok, diskusi ini adalah langkah awal untuk mendorong perubahan pola pikir, terutama di kalangan media.

"Media memiliki kekuatan besar untuk mengadvokasi hak-hak kelompok rentan. Pemberitaan yang tidak tepat justru bisa memperburuk stigma," ujarnya.

Pemberitaan yang Efektif dan Beretika
Para peserta diskusi sepakat bahwa memberitakan kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak, serta isu disabilitas, membutuhkan pendekatan khusus. 

Beberapa poin penting yang ditekankan antara lain:
  • Menghindari Sensasionalisme: Berita harus fokus pada fakta dan substansi, bukan sekadar mencari sensasi. Penggunaan foto atau video yang mengekspos korban harus dihindari.
  • Menggunakan Bahasa yang Tepat: Penting untuk menggunakan terminologi yang ramah disabilitas dan tidak merendahkan. Alih-alih menyebut "cacat" atau "penyandang cacat," lebih baik menggunakan "penyandang disabilitas" atau "teman-teman disabilitas."
  • Memberi Ruang pada Suara Korban: Jurnalis didorong untuk memberikan ruang bagi korban dan penyintas untuk menceritakan pengalaman mereka, tentu saja dengan tetap menjaga privasi dan keamanan.
  • Fokus pada Solusi dan Advokasi: Pemberitaan yang baik tidak hanya mengabarkan masalah, tetapi juga menyoroti solusi, inisiatif positif, dan mendorong pemerintah untuk mengambil tindakan nyata.

"Tujuannya adalah agar berita tidak hanya menjadi informasi, tetapi juga alat untuk membangun empati dan mendorong tindakan nyata dari pemerintah," jelas Andika Manglo Barani, S.Psi., M.M wartawan yang juga dosen di salah satu kampus negeri.

Ia menambahkan, berita yang berfokus pada solusi dan menyoroti kebijakan yang dibutuhkan akan lebih mungkin mendapat perhatian dari pembuat keputusan.

Adapun dalam diskusi tersebut disimpulkan beberapa poin yang dapat menambah wawasan tentang cara memberitakan agar mendapat perhatian pemerintah dalam hal membuat berita tentang kekerasan terhadap perempuan, anak dan disabilitas.

Adapun yang dapat diterapkan seperti beberapa strategi berikut:
  • Fokus pada data dan dampak: Gunakan data dan statistik yang valid untuk menunjukkan seberapa besar masalahnya. Jelaskan dampak sosial, ekonomi, dan psikologis yang ditimbulkan. Ini membuat masalah terlihat lebih serius dan mendesak.
  • Sertakan Solusi yang Jelas: Jangan hanya menyajikan masalah. Sajikan juga solusi atau rekomendasi kebijakan yang konkret. Misalnya, "Pemerintah perlu mempercepat pembentukan layanan psikologis bagi korban kekerasan" atau "Pemerintah harus memastikan aksesibilitas fasilitas umum untuk penyandang disabilitas."
  • Wawancarai Pemangku Kebijakan: Selalu sertakan wawancara dengan perwakilan pemerintah. Tanyakan langsung apa rencana mereka untuk mengatasi masalah tersebut. Ini memberi tekanan pada mereka untuk memberikan jawaban dan mengambil tindakan.
  • Beritakan Inisiatif Positif: Tunjukkan contoh-contoh sukses dari daerah lain atau organisasi yang berhasil mengatasi masalah serupa. Ini bisa menjadi inspirasi bagi pemerintah setempat.
  • Gunakan Sudut Pandang Humanis: Berita yang menyentuh hati dan menceritakan kisah nyata dari korban atau keluarga mereka seringkali lebih efektif dalam membangun empati publik dan memotivasi pemerintah untuk bertindak.

"Dengan cara-cara ini, berita tidak hanya menjadi sekadar laporan, tetapi menjadi alat advokasi yang kuat untuk mendorong perubahan positif." Ujar Frederik Sosialisu, narasumber jurnalis yang juga ketua Forum Disabilitas Toraja.

(Bl)

Iklan

               
         
close